Sabtu, 06 Agustus 2011

Askep Abortus

1. Pengertian
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002).
Terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan dalam hal ini adalah abortus yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Abortus spontan terjadi karena kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang baik untuk berkembang menjadi sebuah janin. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu.Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik (Prawirohardjo, S, 2002). Menariknya pembahasan tentang abortus dikarenakan pemahaman di kalangan masyarakat masih merupakan suatu tindakan yang masih dipandang sebelah mata. Oleh karena itu, pandangan yang ada di dalam masyarakat tidak boleh sama dengan pandangan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah perawat setelah membaca pokok bahasan ini.
Angka kejadian abortus diperkirakan frekuensi dari abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyak wanita mengalami kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya menarche selama beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun, dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000-750.000 janin yang mengalami abortus spontan.
Abortus terjadi pada usisa kehamilan kurang dari 8 minggu, janin dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8–14 minggu villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta (Prawirohardjo, S, 2002).
Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadian abortus.

Klasifikasi

1. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan)

Yaitu:
  • Abortus imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
  • Abortus insipiens : Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
  • Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
  • Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.

2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)

Yaitu:
  • Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
a. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
b. Lingkungan sekitar tempat impaltasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alcohol
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Penyebab dari segi Maternal
Penyebab secara umum:
1. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
3. Parasit, misalnya malaria.
1. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
3. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
4. Penyakit kronis, misalnya :
5. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
6. Trauma fisik.
  • Penyebab yang bersifat lokal:
4. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus
Penyebab dari segi Janin
Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
Manifestasi Klinis
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
b.Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
Komplikasi
1. Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
2. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah
Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Kehamilan
Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
2. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
Diagnosa Banding
Kehamilan etopik terganggu, mola hidatidosa, kemamilan dengan kelainan serviks. Abortion imiteins perlu dibedakan dengan perdarahan implantasi yang biasanya sedikit, berwarna merah, cepat terhenti, dan tidak disertai mules-mules.
Penatalaksanaan
Abortus dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu :
v Abortus spontaneus
Yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus meliputi :
1. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu. Dalam hal ini perlu diputuskan apakah kehamilan dapat dilanjutkan.
Sonografi vagina,pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik (hCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus. Dapat juga digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup. Setelah konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan kuretase. Ulhasonografi abdomen atau probe vagina Dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan kuretase.
Penanganan abortus imminens meliputi :
ü Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
ü Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.

Selasa, 26 Juli 2011

Anatomi fisiologi cardiovaskuler

Lokasi Jantung
  • Di dalam Pericardium di rongga mediastinum dalam rongga Thorax.
  • Tepat di belakang dada (sternum).
  • Kurang lebih 2/3 bagian terletak di sebelah kiri dari garis tengah.
  • Fungsi : sebagai pompa ganda agar terjadi aliran dalam pembuluh darah yang disebabkan adanya pergantian antara kontraksi (sistolik) dan relaksasi (diastolik).
  • Ukuran : 250-350 gram (kira-kira sebesar kepalan tangan)
Lapisan Jantung :
  • Lapisan Pericardium (Luar).
  • Lapisan Miocardium (Tengah).
  • Lapisan Endocardium (Dalam).
Pericardium :
  1. Fibrous pericardium
  2. Serous pericardium
- parietal pericardium.
- Visceral pericardium (or epicardium).
Ruang Jantung :
  1. Atrium Kanan.
  2. Atrium Kiri.
  3. Ventrikel Kanan.
  4. Ventrikel Kiri.
Katup Jantung
  1. Katub Atrioventrikuler.
- Katub Trikuspidalis.
- Katub Mitral.
  1. Katub Semilunar.
- Katub Pulmonal.
- Katub Aorta.
Anatomy of the Heart
  • Heart chambers:
- Left & right atria.
- Left & right ventricles.
  • Heart valves :
- Atrioventricular valves.
# Right : Tricuspid.
# Left : Bicuspid/Mitral.
- Semilunar valves
# Right : Pulmonary valve.
# Left : Aortic valve.
Pembuluh Darah pada Jantung
  1. Arteri Koroner.
- Left Anterior desendence (LAD).
- Left Cicumflex (LCx).
  1. Vena Jantung.
- Vena Tebesian
- Vena Kardiaka
- Sinus Koronarius
Fisiologi Sirkulasi Darah
Pembuluh Darah :
  1. Arteri
- Arteri.
- Arteriol.
- Kapiler.
  1. Vena
- Venul.
- Vena.
Sirkulasi Sistemik
  1. Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda.
  2. Mengalirkan darah ke berbagai organ.
  3. Tekanan permulaan besar.
  4. Mengalami banyak tahanan.
  5. Kolom hidrostatik panjang.
Sirkulasi Pulmonal
  1. Mengalirkan darah ke paru-paru.
  2. Berfungsi untuk paru-paru.
  3. Tekanan permulaan rendah.
  4. Tahanan sedikit.
  5. Kolom hidrostatik pendek.
Sistim Konduksi Jantung
Merupakan sistim hantaran untuk merangsang otot jantung dan menimbulkan kontraksi jantung.
Sifat jaringan khusus Jantung :
  1. Otomatisasi.
  2. Irama.
  3. Konduksi.
  4. Daya rangsang.
Intrinsic Conducting System.
  • Sinotrial node
- Electrical pace maker.
  • Atrioventricular node
- Receives impulses originating from SA node.
  • Bundle of His
- Electrical link between atria and ventricles.
  • Purkinje fibres.
- Distribute impulses to ventricles.
FAKTOR PENENTU KERJA JANTUNG
Fungsi jantung dipengaruhi oleh 4 faktor yang saling terkait dalam menentukan isi sekuncup (stroke volume) dan curah jantung (cardiac output), yaitu :
  • Beban awal.
  • Kontraktilitas.
  • Beban Akhir.
  • Frekwensi Jantung.
The Cardiac Cycle
  • Systole :
- Period of ventricular contraction.
- Blood ejected from heart.
  • Diastole :
- Period of ventricular relaxation.
- Blood filling.
  • Stroke Volume
- The amount of blood ejected from the heart in one beat.
- Average is 60-100 ml.
- Depends on preload, contractile force and afterload.
  • Cardiac Output
- The amount of blood ejected from the heart in one minute.
- Cardiac output = heart rate x stroke volume.
HUKUM FRANK STARLING
- Makin besar isi jantung sewaktu diastol, semakin besar jumlah darah yang dipompakan ke aorta.
- Dalam batas fisiologis, jantung memompakan darah yang kembali ke jantung tanpa menyebabkan penumpukan di vena.
Jantung dapat memompakan jumlah darah yang sedikit ataupun jumlah yang besar bergantung pada jumlah darah yang mengalir kembali dari vena.

Selasa, 12 Juli 2011

Bronkitis Kronis

1. Pengertian
Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.( Ngastiyah, 1997 )
Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994)
Sebagai penyakit tersendiri, bronkitis merupakan topik yang masih diliputi kontroversi dan ketidakjelasan di antara ahli klinik dan peneliti. Bronkitis merupakan diagnosa yang sering ditegakkan pada anak baik di Indonesia maupun di luar negeri, walaupun dengan patokan diagnosis yang tidak selalu sama.(Taussig, 1982; Rahayu, 1984)
Kesimpangsiuran definisi bronkitis pada anak bertambah karena kurangnya konsesus mengenai hal ini. Tetapi keadaan ini sukar dielakkan karena data hasil penyelidikan tentang hal ini masih sangat kurang.
2. Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan
Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan CO2 hasil dari metabolisme .
a. Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh sekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran. Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara.
b. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening.
c. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis.
d. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan.
e. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.
f. Paru-paru
Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.

3. Klasifkasi
a. Bronkitis Akut
Bronkitis akut pada bayi dan anak biasanya juga bersama dengan trakeitis, merupakan penyakit saluran napas akut (ISNA) yang sering dijumpai
b. Bronkitis Kronik dan atau Batuk Berulang
Bronkitis Kronik dan atau berulang adalah kedaan klinis yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya (KONIKA, 1981). Dengan memakai batasan ini maka secara jelas terlihat bahwa Bronkitis Kronik termasuk dalam kelompok BKB tersebut. Dalam keadaan kurangnya data penyelidikan mengenai Bronkitis Kronik pada anak maka untuk menegakkan diagnosa Bronkitis Kronik baru dapat ditegakkan setelah menyingkirkan semua penyebab lainnya dari BKB.

4. Etiologi
Penyebab utama penyakit Bronkitis Akut adalah adalah virus. Sebagai contoh Rhinovirus Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza Virus, Adenovirus dan Coxsakie Virus. Bronkitis Akut selalu terjadi pada anak yang menderita Morbilli, Pertusis dan infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada bukti yang meyakinkan bahwa bakteri lain merupakan penyebab primer Bronkitis Akut pada anak. Di lingkungan sosio-ekonomi yang baik jarang terdapat infeksi sekunder oleh bakteri. Alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas dapat memudahkan terjadinya bronkitis akut.
Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk Berulang adalah sebagai berikut :
  1. Spesifik
1. Asma
2. Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).
3. Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.
4. Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
5. Sindrom aspirasi.
6. Penekanan pada saluran napas
7. Benda asing
8. Kelainan jantung bawaan
9. Kelainan sillia primer
10. Defisiensi imunologis
11. Kekurangan anfa-1-antitripsin
12. Fibrosis kistik
13. Psikis
  1. Non-spesifik
1. Asap rokok
2. Polusi udara
5. Patofisiologi
Virus (penyebab tersering infeksi) - Masuk saluran pernapasan - Sel mukosa dan sel silia - Berlanjut - Masuk saluran pernapasan(lanjutan) - Menginfeksi saluran pernapasan - Bronkitis - Mukosa membengkak dan menghasilkan lendir - Pilek 3 – 4 hari - Batuk (mula-mula kering kemudian berdahak) - Riak jernih - Purulent - Encer - Hilang - Batuk - Keluar - Suara ronchi basah atau suara napas kasar - Nyeri subsernal - Sesak napas - Jika tidak hilang setelah tiga minggu - Kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan utama) (Sumber : dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, 1981)
6. Tanda dan gejala
Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu
a. Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah
b. Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak
c. Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis
d. Pada paru didapatkan suara napas yang kasar
Menurut Ngastiyah (1997), yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama, yaitu :
a. Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan klien kurang istirahat
b. Daya tahan tubuh klien yang menurun
c. Anoreksia sehingga berat badan klien sukar naik
d. Kesenangan anak untuk bermain terganggu
e. Konsentrasi belajar anak menurun
7. Komplikasi
a. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik
b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
c. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi
d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis
e. Gagal jantung kongestif
f. Pneumonia
8. Pemeriksaan Penunjang
a.
Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia
b.
Laboratorium : Leukosit > 17.500.
9. Penatalaksanaan
a. Tindakan Perawatan
1. Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan lender
2. Sering mengubah posisi
3. Banyak minum
4. Inhalasi
5. Nebulizer
6. Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lain
b. Tindakan Medis
1. Jangan beri obat antihistamin berlebih
2. Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial
3. Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari
4. Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif
10. Pencegahan
Menurut Ngastiyah (1997), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah parah.
a. Membatasi aktivitas anak
b. Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup lehernya
c. Hindari makanan yang merangsang
d. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak dengan air hangat
e. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
f. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi

Konsep Asuhan Keperawatan
A. Dasar data pengkajian pasien
1. Aktivitas/istirahat
Gejala
¨ Keletihan,kelelahan
¨ Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas karena sulit bernafas
¨ Ketidakmampuan untuk tidur, perlu dalam posisi duduk tinggi
¨ Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda
¨ Keletihan
¨ Gelisah
¨ Insomnia
2. Sirkulasi
Gejala
¨ Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda
¨ Peningkatan TD
¨ Takikardi
¨ Distensi vena jugularis
¨ Bunyi jantung redup(karena cairan di paru-paru)
¨ Warna kulit normal atau sianosis
3. Makanan/cairan
Gejala
¨ Mual/muntah
¨ Nafsu makan buruk
¨ Ketidakmampuan makan karena distres pernafasan
¨ Peningkatan berat badan(penumpukan cairan)
Tanda
¨ Turgor kulit buruk
¨ Edema
¨ Berkeringat
¨ Palpitasi abdomial dapat menunjukkan hepatomegali
4. Higiene
Gejala
¨ Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari
Tanda
¨ Kebersihan buruk,bau badan
5. Pernafasan
Gejala
¨ Takipnea (barat saat aktivitas)
¨ Batuk menetap dengan sputum terutama pagi hari
¨ Warna sputum dapat hijau, putih, atau kuning dan dapat banyak sekali
¨ Riwayat infeksi saluran nafas berulang
¨ Riwayat terpajan polusi(rokok dll)
Tanda
¨ Lebih memilih posisi fowler/semi fowler untuk bernafas
¨ Penggunaan otot bantu nafas
¨ Cuping hidung
¨ Bunyi nafas krekel(kasar)
¨ Perkusi redup(pekak)
¨ Kesulitan bicara kalimat(umumnya hanya kata-kata yang terputus-putus)
¨ Warna kulit pucat,normal atau sianosis
¨ Clubing finger(jari tabuh)
6. Interaksi sosial
Gejala
¨ Hubungan ketergantungan
¨ Kurang sistem pendukung
¨ Kurangnya dukungan dari orang terdekat
¨ Penyakit lama
Tanda
¨ Ketidakmampuan mempertahankan suara karena distres pernafasan
¨ Keterbatasan mobilitas fisik
B. Pemeriksaaan diagnostik
1. Rongent
Peningkatan tanda bronkovaskuler
2. Tes fungsi paru
Memperkirakan derajad disfungsi paru
3. Volume residu
Meningkat
4. GDA
Memperkirakan progresi penyakit(Pa02 menurun dan PaCO2 meningkat atau normal)
5. Bronkogram
Pembesaran duktus mukosa
6. Sputum
Kultur untuk menentukan adanya infeksi,identifikasi patogen
7. EKG
Disritmia artrial
8. EKG latihan
Membantu dalam mengkaji derajad disfungsi paru untuk program latihan
C. Prioritas perawatan
1. Mempertahankan patensi jalan nafas
2. Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas
3. Meningkatkan masukan nutrisi
4. Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi
5. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan
D. Diagnosa perawatan
1. Bersihan jalan nafas tak efektif b/d peningkatan produksi sekret
2. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen
3. Resti infeksi b/d proses penyakit kronis
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi b/d kurang informasi
E. Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tak efektif b/d peningkatan produksi sekret
Kemungkinan dibuktikan oleh
¨ Pernyataan kesulitan bernafas
¨ Perubahan kecepatan pernafasan
¨ Bunyi nafas tak normal
¨ Batuk menetap dengan atau tanpa sputum
Kriteria evaluasi
¨ Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas jelas/bersih
¨ Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas,misal batuk efektif dan mengeluarkan sekret
Intervensi
Mandiri
1. Auskultasi paru(catat adanya bunyi nafas)
R/ mengetahui adanya bunyi nafas akibat mukus
2. Kaji frekuensi pernafasan
R/ pernafasan dapat melambat dan frekuansi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi
3. Catat adanya dipsnea(keluhan lapar udara,gelisah,ansietas,penggunaan otot bantu)
R/ mengetahui tingkat respon individu terhadap kekurangan oksigen
4. Pertahankan polusi lingkungan minimum
R/ meningkatkan kualitas oksigen lingkungan untuk ambilan nafas
5. Bantu latihan nafas abdoment atau bibir
R/ memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebaklan udara
Kolaborasi
1. Berikan obat sesuai indikasi
o Bronkodilator(epineprin, albuterol, isoetarin)
o Xantin(aminofilin, oxtrifilin, teofilin)
o Kromolin
o Anti mikrobial
o Analgesik
R/ megurangi efek penyakit penyebab
2. Berikan humidifikasi tambahan(nebulizer)
R/ kelembaban udara menurunkan kekentalan sekret, mempermudah pengeluaran dan dapat membantu menurunkan/mencegah pembentukan mukosa tebal pada bronkus
3. Bantu pengobatan pernafasan misal fisioterapi dada
R/ drainase postural dan perkusi bagian penting untuk membuang banyaknya sekresi
4. Awasi grafik GDA, nadi oksimetri, foto dada
R/ membuat dasar untuk pengawasan kemajuan/kemunduran proses penyakit dan komplikasi