Selasa, 26 Juli 2011

Anatomi fisiologi cardiovaskuler

Lokasi Jantung
  • Di dalam Pericardium di rongga mediastinum dalam rongga Thorax.
  • Tepat di belakang dada (sternum).
  • Kurang lebih 2/3 bagian terletak di sebelah kiri dari garis tengah.
  • Fungsi : sebagai pompa ganda agar terjadi aliran dalam pembuluh darah yang disebabkan adanya pergantian antara kontraksi (sistolik) dan relaksasi (diastolik).
  • Ukuran : 250-350 gram (kira-kira sebesar kepalan tangan)
Lapisan Jantung :
  • Lapisan Pericardium (Luar).
  • Lapisan Miocardium (Tengah).
  • Lapisan Endocardium (Dalam).
Pericardium :
  1. Fibrous pericardium
  2. Serous pericardium
- parietal pericardium.
- Visceral pericardium (or epicardium).
Ruang Jantung :
  1. Atrium Kanan.
  2. Atrium Kiri.
  3. Ventrikel Kanan.
  4. Ventrikel Kiri.
Katup Jantung
  1. Katub Atrioventrikuler.
- Katub Trikuspidalis.
- Katub Mitral.
  1. Katub Semilunar.
- Katub Pulmonal.
- Katub Aorta.
Anatomy of the Heart
  • Heart chambers:
- Left & right atria.
- Left & right ventricles.
  • Heart valves :
- Atrioventricular valves.
# Right : Tricuspid.
# Left : Bicuspid/Mitral.
- Semilunar valves
# Right : Pulmonary valve.
# Left : Aortic valve.
Pembuluh Darah pada Jantung
  1. Arteri Koroner.
- Left Anterior desendence (LAD).
- Left Cicumflex (LCx).
  1. Vena Jantung.
- Vena Tebesian
- Vena Kardiaka
- Sinus Koronarius
Fisiologi Sirkulasi Darah
Pembuluh Darah :
  1. Arteri
- Arteri.
- Arteriol.
- Kapiler.
  1. Vena
- Venul.
- Vena.
Sirkulasi Sistemik
  1. Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda.
  2. Mengalirkan darah ke berbagai organ.
  3. Tekanan permulaan besar.
  4. Mengalami banyak tahanan.
  5. Kolom hidrostatik panjang.
Sirkulasi Pulmonal
  1. Mengalirkan darah ke paru-paru.
  2. Berfungsi untuk paru-paru.
  3. Tekanan permulaan rendah.
  4. Tahanan sedikit.
  5. Kolom hidrostatik pendek.
Sistim Konduksi Jantung
Merupakan sistim hantaran untuk merangsang otot jantung dan menimbulkan kontraksi jantung.
Sifat jaringan khusus Jantung :
  1. Otomatisasi.
  2. Irama.
  3. Konduksi.
  4. Daya rangsang.
Intrinsic Conducting System.
  • Sinotrial node
- Electrical pace maker.
  • Atrioventricular node
- Receives impulses originating from SA node.
  • Bundle of His
- Electrical link between atria and ventricles.
  • Purkinje fibres.
- Distribute impulses to ventricles.
FAKTOR PENENTU KERJA JANTUNG
Fungsi jantung dipengaruhi oleh 4 faktor yang saling terkait dalam menentukan isi sekuncup (stroke volume) dan curah jantung (cardiac output), yaitu :
  • Beban awal.
  • Kontraktilitas.
  • Beban Akhir.
  • Frekwensi Jantung.
The Cardiac Cycle
  • Systole :
- Period of ventricular contraction.
- Blood ejected from heart.
  • Diastole :
- Period of ventricular relaxation.
- Blood filling.
  • Stroke Volume
- The amount of blood ejected from the heart in one beat.
- Average is 60-100 ml.
- Depends on preload, contractile force and afterload.
  • Cardiac Output
- The amount of blood ejected from the heart in one minute.
- Cardiac output = heart rate x stroke volume.
HUKUM FRANK STARLING
- Makin besar isi jantung sewaktu diastol, semakin besar jumlah darah yang dipompakan ke aorta.
- Dalam batas fisiologis, jantung memompakan darah yang kembali ke jantung tanpa menyebabkan penumpukan di vena.
Jantung dapat memompakan jumlah darah yang sedikit ataupun jumlah yang besar bergantung pada jumlah darah yang mengalir kembali dari vena.

Selasa, 12 Juli 2011

Bronkitis Kronis

1. Pengertian
Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.( Ngastiyah, 1997 )
Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994)
Sebagai penyakit tersendiri, bronkitis merupakan topik yang masih diliputi kontroversi dan ketidakjelasan di antara ahli klinik dan peneliti. Bronkitis merupakan diagnosa yang sering ditegakkan pada anak baik di Indonesia maupun di luar negeri, walaupun dengan patokan diagnosis yang tidak selalu sama.(Taussig, 1982; Rahayu, 1984)
Kesimpangsiuran definisi bronkitis pada anak bertambah karena kurangnya konsesus mengenai hal ini. Tetapi keadaan ini sukar dielakkan karena data hasil penyelidikan tentang hal ini masih sangat kurang.
2. Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan
Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan CO2 hasil dari metabolisme .
a. Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh sekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran. Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara.
b. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening.
c. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis.
d. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan.
e. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.
f. Paru-paru
Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.

3. Klasifkasi
a. Bronkitis Akut
Bronkitis akut pada bayi dan anak biasanya juga bersama dengan trakeitis, merupakan penyakit saluran napas akut (ISNA) yang sering dijumpai
b. Bronkitis Kronik dan atau Batuk Berulang
Bronkitis Kronik dan atau berulang adalah kedaan klinis yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya (KONIKA, 1981). Dengan memakai batasan ini maka secara jelas terlihat bahwa Bronkitis Kronik termasuk dalam kelompok BKB tersebut. Dalam keadaan kurangnya data penyelidikan mengenai Bronkitis Kronik pada anak maka untuk menegakkan diagnosa Bronkitis Kronik baru dapat ditegakkan setelah menyingkirkan semua penyebab lainnya dari BKB.

4. Etiologi
Penyebab utama penyakit Bronkitis Akut adalah adalah virus. Sebagai contoh Rhinovirus Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza Virus, Adenovirus dan Coxsakie Virus. Bronkitis Akut selalu terjadi pada anak yang menderita Morbilli, Pertusis dan infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada bukti yang meyakinkan bahwa bakteri lain merupakan penyebab primer Bronkitis Akut pada anak. Di lingkungan sosio-ekonomi yang baik jarang terdapat infeksi sekunder oleh bakteri. Alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas dapat memudahkan terjadinya bronkitis akut.
Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk Berulang adalah sebagai berikut :
  1. Spesifik
1. Asma
2. Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).
3. Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.
4. Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
5. Sindrom aspirasi.
6. Penekanan pada saluran napas
7. Benda asing
8. Kelainan jantung bawaan
9. Kelainan sillia primer
10. Defisiensi imunologis
11. Kekurangan anfa-1-antitripsin
12. Fibrosis kistik
13. Psikis
  1. Non-spesifik
1. Asap rokok
2. Polusi udara
5. Patofisiologi
Virus (penyebab tersering infeksi) - Masuk saluran pernapasan - Sel mukosa dan sel silia - Berlanjut - Masuk saluran pernapasan(lanjutan) - Menginfeksi saluran pernapasan - Bronkitis - Mukosa membengkak dan menghasilkan lendir - Pilek 3 – 4 hari - Batuk (mula-mula kering kemudian berdahak) - Riak jernih - Purulent - Encer - Hilang - Batuk - Keluar - Suara ronchi basah atau suara napas kasar - Nyeri subsernal - Sesak napas - Jika tidak hilang setelah tiga minggu - Kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan utama) (Sumber : dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, 1981)
6. Tanda dan gejala
Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu
a. Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah
b. Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak
c. Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis
d. Pada paru didapatkan suara napas yang kasar
Menurut Ngastiyah (1997), yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama, yaitu :
a. Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan klien kurang istirahat
b. Daya tahan tubuh klien yang menurun
c. Anoreksia sehingga berat badan klien sukar naik
d. Kesenangan anak untuk bermain terganggu
e. Konsentrasi belajar anak menurun
7. Komplikasi
a. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik
b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
c. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi
d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis
e. Gagal jantung kongestif
f. Pneumonia
8. Pemeriksaan Penunjang
a.
Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia
b.
Laboratorium : Leukosit > 17.500.
9. Penatalaksanaan
a. Tindakan Perawatan
1. Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan lender
2. Sering mengubah posisi
3. Banyak minum
4. Inhalasi
5. Nebulizer
6. Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lain
b. Tindakan Medis
1. Jangan beri obat antihistamin berlebih
2. Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial
3. Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari
4. Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif
10. Pencegahan
Menurut Ngastiyah (1997), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah parah.
a. Membatasi aktivitas anak
b. Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup lehernya
c. Hindari makanan yang merangsang
d. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak dengan air hangat
e. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
f. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi

Konsep Asuhan Keperawatan
A. Dasar data pengkajian pasien
1. Aktivitas/istirahat
Gejala
¨ Keletihan,kelelahan
¨ Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas karena sulit bernafas
¨ Ketidakmampuan untuk tidur, perlu dalam posisi duduk tinggi
¨ Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda
¨ Keletihan
¨ Gelisah
¨ Insomnia
2. Sirkulasi
Gejala
¨ Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda
¨ Peningkatan TD
¨ Takikardi
¨ Distensi vena jugularis
¨ Bunyi jantung redup(karena cairan di paru-paru)
¨ Warna kulit normal atau sianosis
3. Makanan/cairan
Gejala
¨ Mual/muntah
¨ Nafsu makan buruk
¨ Ketidakmampuan makan karena distres pernafasan
¨ Peningkatan berat badan(penumpukan cairan)
Tanda
¨ Turgor kulit buruk
¨ Edema
¨ Berkeringat
¨ Palpitasi abdomial dapat menunjukkan hepatomegali
4. Higiene
Gejala
¨ Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari
Tanda
¨ Kebersihan buruk,bau badan
5. Pernafasan
Gejala
¨ Takipnea (barat saat aktivitas)
¨ Batuk menetap dengan sputum terutama pagi hari
¨ Warna sputum dapat hijau, putih, atau kuning dan dapat banyak sekali
¨ Riwayat infeksi saluran nafas berulang
¨ Riwayat terpajan polusi(rokok dll)
Tanda
¨ Lebih memilih posisi fowler/semi fowler untuk bernafas
¨ Penggunaan otot bantu nafas
¨ Cuping hidung
¨ Bunyi nafas krekel(kasar)
¨ Perkusi redup(pekak)
¨ Kesulitan bicara kalimat(umumnya hanya kata-kata yang terputus-putus)
¨ Warna kulit pucat,normal atau sianosis
¨ Clubing finger(jari tabuh)
6. Interaksi sosial
Gejala
¨ Hubungan ketergantungan
¨ Kurang sistem pendukung
¨ Kurangnya dukungan dari orang terdekat
¨ Penyakit lama
Tanda
¨ Ketidakmampuan mempertahankan suara karena distres pernafasan
¨ Keterbatasan mobilitas fisik
B. Pemeriksaaan diagnostik
1. Rongent
Peningkatan tanda bronkovaskuler
2. Tes fungsi paru
Memperkirakan derajad disfungsi paru
3. Volume residu
Meningkat
4. GDA
Memperkirakan progresi penyakit(Pa02 menurun dan PaCO2 meningkat atau normal)
5. Bronkogram
Pembesaran duktus mukosa
6. Sputum
Kultur untuk menentukan adanya infeksi,identifikasi patogen
7. EKG
Disritmia artrial
8. EKG latihan
Membantu dalam mengkaji derajad disfungsi paru untuk program latihan
C. Prioritas perawatan
1. Mempertahankan patensi jalan nafas
2. Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas
3. Meningkatkan masukan nutrisi
4. Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi
5. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan
D. Diagnosa perawatan
1. Bersihan jalan nafas tak efektif b/d peningkatan produksi sekret
2. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen
3. Resti infeksi b/d proses penyakit kronis
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi b/d kurang informasi
E. Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tak efektif b/d peningkatan produksi sekret
Kemungkinan dibuktikan oleh
¨ Pernyataan kesulitan bernafas
¨ Perubahan kecepatan pernafasan
¨ Bunyi nafas tak normal
¨ Batuk menetap dengan atau tanpa sputum
Kriteria evaluasi
¨ Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas jelas/bersih
¨ Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas,misal batuk efektif dan mengeluarkan sekret
Intervensi
Mandiri
1. Auskultasi paru(catat adanya bunyi nafas)
R/ mengetahui adanya bunyi nafas akibat mukus
2. Kaji frekuensi pernafasan
R/ pernafasan dapat melambat dan frekuansi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi
3. Catat adanya dipsnea(keluhan lapar udara,gelisah,ansietas,penggunaan otot bantu)
R/ mengetahui tingkat respon individu terhadap kekurangan oksigen
4. Pertahankan polusi lingkungan minimum
R/ meningkatkan kualitas oksigen lingkungan untuk ambilan nafas
5. Bantu latihan nafas abdoment atau bibir
R/ memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebaklan udara
Kolaborasi
1. Berikan obat sesuai indikasi
o Bronkodilator(epineprin, albuterol, isoetarin)
o Xantin(aminofilin, oxtrifilin, teofilin)
o Kromolin
o Anti mikrobial
o Analgesik
R/ megurangi efek penyakit penyebab
2. Berikan humidifikasi tambahan(nebulizer)
R/ kelembaban udara menurunkan kekentalan sekret, mempermudah pengeluaran dan dapat membantu menurunkan/mencegah pembentukan mukosa tebal pada bronkus
3. Bantu pengobatan pernafasan misal fisioterapi dada
R/ drainase postural dan perkusi bagian penting untuk membuang banyaknya sekresi
4. Awasi grafik GDA, nadi oksimetri, foto dada
R/ membuat dasar untuk pengawasan kemajuan/kemunduran proses penyakit dan komplikasi

Senin, 11 Juli 2011

askep miocarditis

A. PENGERTIAN
Myocardium lapisan medial dinding jantung yang terdiri atas jaringan otot jantung yang sangat khusus (Brooker, 2001).
Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. pada umumnya disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toxin bahan-bahan kimia dan radiasi (FKUI, 1999).
Myocarditis adalah peradangan dinding otot jantung yang disebabkan oleh infeksi atau penyebab lain sampai yang tidak diketahui (idiopatik) (Dorland, 2002).
Miokarditis adalah inflamasi fokal atau menyebar dari otot jantung (miokardium) (Doenges, 1999).
Dari pebgertian diatas dapat disimpulkan bahwa myocarditis adalah peradangan/inflamasi otot jantung oleh berbagai penyebab terutama agen-agen infeksi.


B. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI
1) Acute isolated myocarditis adalah miokarditis interstitial acute dengan etiologi tidak diketahui.
2) Bacterial myocarditis adalah miokarditis yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
3) Chronic myocarditis adalah penyakit radang miokardial kronik.
4) Diphtheritic myocarditis adalah mikarditis yang disebabkan oleh toksin bakteri yang dihasilkan pada difteri : lesi primer bersifat degeneratiff dan nekrotik dengan respons radang sekunder.
5) Fibras myocarditis adalah fibrosis fokal/difus mikardial yang disebabkan oleh peradangan kronik.
6) Giant cell myocarditis adalah subtype miokarditis akut terisolasi yang ditandai dengan adanya sel raksasa multinukleus dan sel-sel radang lain, termasuk limfosit, sel plasma dan makrofag dan oleh dilatasi ventikel, trombi mural, dan daerah nekrosis yang tersebar luas.
7) Hypersensitivity myocarditis adalah mikarditis yang disebabkan reaksi alergi yang disebabkan oleh hipersensitivitas terhadap berbagai obat, terutama sulfonamide, penicillin, dan metildopa.
8) Infection myocarditis adalah disebabkan oleh agen infeksius ; termasuk bakteri, virus, riketsia, protozoa, spirochaeta, dan fungus. Agen tersebut dapat merusak miokardium melalui infeksi langsung, produksi toksin, atau perantara respons immunologis.
9) Interstitial myocarditis adalah mikarditis yang mengenai jaringan ikat interstitial.
10) Parenchymatus myocarditis adalah miokarditis yang terutama mengenai substansi ototnya sendiri.
11) Protozoa myocarditis adalah miokarditis yang disebabkan oleh protozoa terutama terjadi pada penyakit Chagas dan toxoplasmosis.
12) Rheumatic myocarditis adalah gejala sisa yang umum pada demam reumatik.
13) Rickettsial myocarditis adalah mikarditis yang berhubungan dengan infeksi riketsia.
14) Toxic myocarditis adalah degenerasi dan necrosis fokal serabut miokardium yang disebabkan oleh obat, bahan kimia, bahan fisik, seperti radiasi hewan/toksin serangga atau bahan/keadaan lain yang menyebabkan trauma pada miokardium.
15) Tuberculosis myocarditis adalah peradangan granulumatosa miokardium pada tuberkulosa.
16) Viral myocarditis disebabkan oleh infeksi virus terutama oleh enterovirus ; paling sering terjadi pada bayi, wanita hamil, dan pada pasien dengan tanggap immune rendah (Dorland, 2002).

C. PATOFISIOLOGI
Kerusakan miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui tiga mekanisme dasar :
1) Invasi langsung ke miokard.
2) Proses immunologis terhadap miokard.
3) Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium.
Proses miokarditis viral ada 2 tahap :
Fase akut berlangsung kira-kira satu minggu, dimana terjadi invasi virus ke miokard, replikasi virus dan lisis sel. Kemudian terbentuk neutralizing antibody dan virus akan dibersihkan atau dikurangi jumlahnya dengan bantuan makrofag dan natural killer cell (sel NK).
Pada fase berikutnya miokard diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan system immune akan diaktifkan antara lain dengan terbentuknya antibody terhadap miokard, akibat perubahan permukaan sel yang terpajan oleh virus. Fase ini berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan dan diikuti kerusakan miokard dari yang minimal sampai yang berat (FKUI, 1999).
D. GEJALA KLINIS
 Letih.
 Napas pendek.
 Detak jantung tidak teratur.
 Demam.
 Gejala-gejala lain karena gangguan yang mendasarinya (Griffith, 1994).
 Menggigil.
 Demam.
 Anoreksia.
 Nyeri dada.
 Dispnea dan disritmia.
 Tamponade ferikardial/kompresi (pada efusi perikardial) (DEPKES, 1993).

E. KOMPLIKASI
1) Kardiomiopati kongestif/dilated.
2) Payah jantung kongestif.
3) Efusi perikardial.
4) AV block total.
5) Trombi Kardiac (FKUI, 1999).

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Laboratorium : leukosit, LED, limfosit, LDH.
2) Elektrokardiografi.
3) Rontgen thorax.
4) Ekokardiografi.
5) Biopsi endomiokardial (FKUI, 1999).

G. PENATALAKSANAAN
1) Perawatan untuk tindakan observasi.
2) Tirah baring/pembatasan aktivitas.
3) Antibiotik atau kemoterapeutik.
4) Pengobatan sistemik supportif ditujukan pada penyakti infeksi sistemik (FKUI, 1999).
5) Antibiotik.
6) Obat kortison.
7) Jika berkembang menjadi gagal jantung kongestif : diuretik untuk mnegurangi retensi ciaran ; digitalis untuk merangsang detak jantung ; obat antibeku untuk mencegah pembentukan bekuan (Griffith, 1994).

MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).
Pengkajian pasien myocarditis (Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi :
 Aktivitas / istirahat
Gejala : kelelahan, kelemahan.
Tanda : takikardia, penurunan tekanan darah, dispnea dengan aktivitas.
 Sirkulasi
Gejala : riwayat demam rematik, penyakit jantung congenital, bedah jantung, palpitasi, jatuh pingsan.
Tanda : takikardia, disritmia, perpindaha titik impuls maksimal, kardiomegali, frivtion rub, murmur, irama gallop (S3 dan S4), edema, DVJ, petekie, hemoragi splinter, nodus osler, lesi Janeway.
 Eleminasi
Gejala : riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal ; penurunan frekuensi/jumlsh urine.
Tanda : urin pekat gelap.
 Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri pada dada anterior (sedang sampai berat/tajam) diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakkan menelan, berbaring.
Tanda : perilaku distraksi, misalnya gelisah.
 Pernapasan
Gejala : napas pendek ; napas pendek kronis memburuk pada malam hari (miokarditis).
Tanda : dispnea, DNP (dispnea nocturnal paroxismal) ; batuk, inspirasi mengi ; takipnea, krekels, dan ronkhi ; pernapasan dangkal.
 Keamanan
Gejala : riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis ; trauma dada ; penyakit keganasan/iradiasi thorakal ; dalam penanganan gigi ; pemeriksaan endoskopik terhadap sitem GI/GU), penurunan system immune, SLE atau penyakit kolagen lainnya.
Tanda : demam.
 Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : terapi intravena jangka panjang atau pengguanaan kateter indwelling atau penyalahgunaan obat parenteral.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium, efek-efek sistemik dari infeksi, iskemia jaringan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel otot miokard, penurunan curah jantung.
3. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan degenerasi otot jantung, penurunan/kontriksi fungsi ventrikel.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat, mis- intepretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal diagnosa.

C. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994:20)
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995:40).
Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999).
1. Nyeri
Tujuan : nyeri hilang atau terkontrol.
Kriteria Hasil : - Nyeri berkurang atau hilang
- Klien tampak tenang.
Intervensi dan Implementasi :
 Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan faktor pemberat atau penurun. Perhatikan petunjuk nonverbal dari ketidaknyamanan, misalnya ; berbaring dengan diam/gelisah, tegangan otot, menangis.
R : pada nyeri ini memburuk pada inspirasi dalam, gerakkan atau berbaring dan hilang dengan duduk tegak/membungkuk.
 Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung, penggunaan kompres hangat/dingin, dukungan emosional.
R : tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien.
 Berikan aktivitas hiburan yang tepat.
R : mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu.
 Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (agen nonsteroid : aspirin, indocin ; antipiretik ; steroid).
R : dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi, menurunkan demam ; steroid diberikan untuk gejala yang lebih berat.
 kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.
R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung.

2. Intoleransi aktivitas
Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

Intervensi dan Implementasi :
 Kaji respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan adanya perubahan dan keluhan kelemahan, keletiahan, dan dispnea berkenaan dengan aktivitas.
R : miokarditis menyebabkan inflamasi dan kemungkinan kerusakan fungsi sel-sel miokardial.
 Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan.
R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas.
 Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai indikasi.
R : meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut.
 Rencanakan perawatan dengan periode istirahat/tidur tanpa gangguan.
R : memberikan keseimbangan dalam kebutuhan dimana aktivitas bertumpu pada jantung.
 Bantu pasien dalam program latihan progresif bertahap sesegera mungkin untuk turun dari tempat tidur, mencatat respons tanda vital dan toleransi pasien pada peningkatan aktivitas.
R : saat inflamasi/kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan aktivitas yang diinginkan, kecuali kerusakan miokard permanen/terjadi komplikasi.
 kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.
R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung.

3. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
Tujuan : mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
Kriteria Hasil : - melaporkan/menunjukkan penurunan periode dispnea, angina, dan disritmia.
- memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.
Intervensi dan Implementasi :
 Pantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan.
R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas.
 Pertahankan tirah baring dalam posisi semi-Fowler.
R : menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung.
 Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan jarak/muffled tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4.
R : memberikan deteksi dini dari terjadinya komplikasi misalnya : GJK, tamponade jantung.
 Berikan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan punggung, dan aktivitas hiburan dalam tolerransi jantung.
R : meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian.

4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)
Tujuan : menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
Kriteria hasil : - mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan.
- memperlihatan perubahan perilaku untuk mencegah komplikasi..
Intervensi dan Implementasi :
 Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
R : Perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit.
 Jelaskan efek inflamasi pada jantung, secara individual pada pasien. Ajarakkn untuk memperhatikan gejala sehubungan dengan komplikasi/berulangnya dan gejala yang dilaporkan dengan segera pada pemberi perawatan, contoh ; demam, peningkatan nyeri dada yang tak biasanya, peningkatan berat badan, peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
R : untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan sendiri, pasien perlu memahami penyebab khusus, pengobatan dan efek jangka panjang yang diharapkan dari kondisi inflamasi, sesuai dengan tanda/gejala yang menunjukan kekambuhan/komplikasi.

 Anjurkan pasien/orang terdekat tentang dosis, tujuan dan efek samping obat; kebutuhan diet ; pertimbangan khusus ; aktivitas yang diijinkan/dibatasi.
R : informasi perlu untuk meningkatkan perawatan diri, peningkatan keterlibatan pada program terapeutik, mencegah komplikasi.
 Kaji ulang perlunya antibiotic jangka panjang/terapy antimicrobial.
R : perawatan di rumah sakit lama/pemberian antibiotic IV/antimicrobial perlu sampai kultur darah negative/hasil darah lain menunjukkan tak ada infeksi.

D. EVALUASI
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :
1. Nyeri hilang atau terkontrol
2. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
3. Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
4. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.


DAFTAR PUSTAKA
Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan di Rumah Sakit, Jakarta.Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. EGC : Jakarta.DEPKES. 1993. Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. EGC : Jakarta.Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta.Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.Griffith. 1994. Buku Pintar Kesehatan. Arcan : Jakarta.Nasrul Effendi, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.

Selasa, 05 Juli 2011

macam macam pola asuh anak

Macam-Macam Pola Asuh Keluarga pada Anak

Menurut beberapa ahli, pola asuh anak dibagi menjadi beberapa bagian.
• Otoriter
Pola asuh keluarga otoriter cenderung memiliki banyak peraturan. Orang tua umumnya sangat membatasi anak-anak mereka dalam segala hal. Tak hanya dalam hal negatif, kadang untuk hal yang positif pun, gerakan anak-anak benar-benar dibatasi.
Dalam pola asuh seperti ini, komunikasi yang terjadi hanyalah komunikasi satu arah, yaitu dari orang tua pada anak, sedangkan si anak tidak diperkenankan bicara atau mengeluarkan pendapat. Orang tua kerap memberikan banyak aturan yang bersifat memaksa, bila dilanggar maka akan ada hukuman.
Akibat dari pola asuh keluarga seperti ini adalah anak menjadi tidak bebas, suatu saat akan menjadi pemberontak. Bahkan, bukan tidak mungkin pribadi anak akan menjadi kacau, negatif, dan bisa meniru orang tuanya.

• Demokratis
Pola asuh keluarga secara demokratis agak lebih longgar dari otoriter, dan ini sangat bagus untuk membentuk pribadi seorang anak agar tumbuh menjadi orang yang baik.
Jenis pola asuh ini sangat memperhatikan kepentingan atau kebutuhan si anak. Mereka diberi kebebasan tapi tidak bersifat mutlak, peran orang tua masih sangat tinggi sehingga anak-anak pun tidak akan kebablasan dalam bertindak.
Tidak seperti tipe otoriter, komunikasi yang terjadi adalah komunikasi dua arah. Hal ini menyebabkan tidak terjadinya kesalah pahaman antara orang tua dan anak. Anak mengerti apa keinginan orang tua, orang tua pun mengerti tentang sejauh mana kebutuhan dan kemampuan anaknya.

• Permisif
Pola asuh keluarga tipe ini benar-benar sangat longgar. Anak-anak diberi kebebasan untuk melakukan apa saja dan orang tua hampir tidak melakukan pengawasan terhadap mereka.
Sekalipun anak melakukan kesalahan atau mendekati hal yang berbahaya, orang tua cenderung tidak menegur mereka.Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa macam hal, misalnya orang tua yang terlalu sibuk bekerja, atau orang tua yang terlalu sayang hingga memanjakan anaknya.
Anak memang suka kebebasan, namun pola asuh seperti ini jelas tidak terlalu baik untuk membentuk pribadi seorang anak, karena anak umumnya masih sangat labil dan butuh tuntunan orang tua. Bila terlalu dibebaskan, mereka akan tumbuh menjadi anak manja, tidak suka bekerja keras, dan tidak akan sukses di tengah-tengah masyarakat.

• Menelantarkan
Pola asuh jenis ini bisa dibilang lebih membahayakan daripada tipe permisif. Orang tua akan menelantarkan anak-anak mereka dan tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh si anak.
Bukan hanya tidak peduli, orang tua seperti ini bahkan enggan untuk memenuhi kebutuhan anaknya, sehingga anak benar-benar ditelantarkan bahkan seperti orang lain saja.
Anak yang mendapat pola asuh keluarga seperti ini tidak akan memiliki masa depan yang baik, kecuali mereka memberontak dan mencari jalan hidup sendiri sesuai kebutuhan mereka dengan bantuan orang lain.
Tips Mendidik Anak
  • Usahakan untuk selalu menanamkan ajaran agama pada anak-anak sejak dini. Pola asuh keluarga berbasis agama dinilai sebagai pendidikan paling baik sampai saat ini.
  • Anak akan meniru orang tua, jadi sebaiknya orang tua pun harus menjadi teladan yang baik. Jika ingin memiliki anak yang berperilaku positif, orang tua pun harus menjauhi segala hal yang negatif.
  • Menjalin komunikasi antara orang tua dan anak adalah hal yang sangat penting. Hal ini agar terjadi saling pengertian dan tidak menimbulkan salah paham.
  • Orang tua wajib memberikan aturan-aturan tertentu agar anak tidak terlalu dibebaskan, namun aturan-aturan tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan atau kebutuhan anak, sehingga anak pun tidak merasa berat dan terbebani.
  • Hukuman memang boleh diberikan, bahkan dianjurkan agar si anak menjadi jera. Tapi hukuman yang dimaksud bukanlah kemarahan yang menjadi-jadi atau kekerasan fisik yang membuat anak kesakitan. Anak yang masih labil bisa salah paham dan berpikiran buruk pada orang tua yang suka memberikan hukuman fisik. Hukuman orang tua terhadap anak adalah bentuk kasih sayang, jadi Anda pun harus pintar-pintar memberikan hukuman apa yang cocok bagi anak Anda.
·         KONSEP PENGARUH KULTUR DAN KELUARGA TERHADAP KESEHATAN ANAK"
·         1. Pendahuluan
Masa yang akan datang sangat tergantung kepada anak-anak pada masa sekarang. Jika ingin masa depan menjadi lebih baik dari masa sekarang tentu menjadi tanggung jawab bagi generasi sekarang untuk memberikan trasfer kultur dan nilai-nilai sosial kepada generasi selanjutnya. Keluarga memegang peranan yang penting dalam rangka pencapaian hal tersebut dikarenakan orang tua memiliki tanggung jawab yang besar dalam rangka pembentukan perilaku bagi anak-anaknya.

Unit dasar dari masyarakat adalah keluarga dan dalam unit ini lahirlah anak yang muda. Dalam unit ini juga sebagian besar dari kebutuhan perkembangan anak terpenuhi. Secara tradisional, paling tidak kebutuhan seorang anak dipenuhi oleh ayah dan ibu selaku orang tuannya. Kebutuhan yang segera termasuk nutrisi, kehangatan, naungan dan perlindungan dari bahaya, penyediaan lingkungan dalam rangka pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial kultural.

Interaksi awal yang terjadi adalah antar ibu dan bayi, dimana ini memuaskan kebutuhan fisik dan psikologis yang mendasar. Ayah juga memainkan peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Peranannya adalah ganda yaitu:
a. Dalam proses identifikasi jati diri (identitas diri) dari seorang anak
b. Pendukung dan pelindung yang akan memperkuat peranan dari ibu.

Jika salah satu dari kebutuhan dasar tidak terpenuhi atau dipenuhi secara tidak adekuat maka perkembangan akan terhambat atau terganggu. Pada hakekatnya ada kemungkinan bila salah satu kebutuhan gagal dipenuhi, maka kebutuhan lainnya juga akan terpengaruh. Unsur penting untuk perkembangan yang berhasil adalah diberikannya rasa cinta dan rasa aman. Kekurangan akan hal ini akan mengakibatkan masalah serius pada seorang individu.

2. Posisi Anak Dalam Keluarga
Anak merupakan pewaris dari nilai-nilai norma yang dianut oleh sebuah keluarga. Dari segi komponen struktur suatu unit akan disebut keluarga bila didalamnya terdiri dari ayah, ibu dan anak. Secara genetik anak akan mewarisi sisfat-sifat darai kedua orang tuanya dimana ia akan mempertahankan exsistensinya di masa kehidupan selanjutnya.

Diseluruh dunia latihan dan asuhan terhadap anak identik dalam berbagai segi penting tertentu. Pada semua masyarakat bayi yang tidak berdaya harus diubah menjadi seorang dewasa yang bertanggung jawab, mematuhi aturan masyarakat. Walupun demikian anak juga dipengaruhi oleh lingkungan luar, misalnya sekolah . Hal ini menunjukan terdapatnya cara universal dalam mendidik anak sesuai keinginan dan posisi anak di dalam keluaga tersebut.

3. Sosio-Kultural Keluarga
Kulture adalah Suatu cara perkembangan hidup dari suatu kelompok masyarakat dalam upayanya beradaptasi terhadap lingkungan fisik dan sosial dalam rangka mempertahankan diri sedangakan "sosialisasion" adalah suatu proses dimana seorang individu belajar terhadap nilai-nilai, kepercayaan, dan perilaku dari suatu lingkungan sosial di dialam kelompok atau masyarakatnya.(Elkin and Handel, 1989).

Ethnis adalah pengelompokan individu atau berdasarkan ras, cultural, sosial, dan bahasa sebagai alat komunikasinya (Marthinson, 1989). Komponen dari Kulture dibedakan dalam dua kelompok yaitu :
a. Material Objek meliputi : Pakaian, bagunan, peratan rumah tangga
b. Non material Objek seperti : idea, kepercayaan dan agama dan lain-lain.

Kebudayaan atau kulture akan membentuk seorang anak dalam berbagai aktifitasnya seperti cara makan, bahasa yang digunakan dalam berbicara, idea dan pola pikir dalam berperilaku, dan banyak hal yang berkaitan dengan perannya dalam lingkungan sosialnya.

Anak diasuh dalam unit keluarga, walaupun demikian unit ini dapat mempunyai bentuk yang berbeda-beda dan merupakan bagian dari kebudayaan yang berbeda-beda pula. Dalam keluarga inti anak dibesarkan oleh orang tuannya menurut ide-idenya. Semakin primitif suatu budaya, maka akan semakin mendasar polanya, semakin canggih suatu budaya, maka akan semakin intelektual pendekatannya. Walaupun demikian tujuannya adalah sama yaitu membentuk seorang individu yanag dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat tersebut.

4. Struktur dan Fungsi Keluarga
a. Struktur Keluarga
- Merupakan unit dasar dari masayarakat
- Komposisi keluarga bervariasi tergantung dari bentuk keluarga tetapi biasanya salah satu menjadi kepala keluarga
- Memiliki tujuan dan kepercayaan serta nilai-nilai moral yang dianut
- Menjalankan peran dalan rangka memenuhi kebutuan individu dan kelompok dalam keluarga
- Status dari anggota keluarga ditentukan oleh posisinya dalam keluarga
berhubungan dengan pandangan sosialnya.
b. Fungsi Keluarga
Sementara struktur formal dari keluarga secara tetap tidak berubah, justru fungsinya telah mengalami modifikasi yang sangat luas. Pada suatu waktu keluarga merupakan unit produksi dan konsumsi; sekarang keluarga terutama merupakan unitkonsumsi saja. Fungsi terpenting dari keluarga terutama dalam masyarakat yang terdapat banyak ketegangan adalah keamanan emosional. Adapun fungsi keluarga secara spesifik adalah sebagai berikut :

* Reproduksi :
Suatu kelompok akan berkembang menjadi besar dengan proses tersebut dalam rangka mempertahankan keberadaannya serta menjadikan besar baik secara kualitas maupun kuantitas.
Pemeliharaan dalam rangka meningkatkan kondisi menjadi lebih baik :
Hali ini meliputi pemenuhan kebutuhan seperti pakaian, tempattinggal, makanan, dan perawatan diri, selain itu keluarga juga memenuhi kebutuhan anggota keluarganya dari aspek yang lain seperti : sosial, psikologis, dukungan emosional. Perlindungan terhadap anggota keluarga yang belum mature juga senantiasa diberikan sampai individu tumbuh menjadi manusia dewasa. Selain menjadi anggota keluarga anak juga menjadi bagian dari masyarakat.

* Socialization ;
Anak akan menyesuaikan diri dengan kebudayaan, kebiasaan, dan situasi sosial dalam perkembangan perilakunya, akan ada proses pembentukan identitas diri dalam proses hubungan anak dengan anggota keluarga yang lain. Akhirnya anak akan belajar peran model sesuai dengan jenis kelaminnya dan akan berusaha menjalankan apa yang menjandi tanggung jawabnya.

* Pertumbuhan individu ;
Di dalam keluarga individu (anak) akan tumbuh dan berkembang menjadi individu yang matang (mature) dan mandiri (Independence).

* Pendidikan;
Fungsi primer terpenting dari keluarga adalah pewarisan norma kebudayaan dari satu generasi ke generasi lainnya. Selama anak masih dalam perawatan orang tuanya peranan orang tua dalam pendidikan anak tetap menonjol.

* Religius (Agama dan Keyakinan) :
Manusia menganut agama sesuai dengan agama dimana ia dilahirkan, walaupun nantinya pada suatu saat akan terjadi perubahan yang menyangkut agama dan keyakinannyaseiring dengan proses kehidupan dewasa yang dialaminya.

* Rekreasi :
Keluarga memiliki fungsi rekreasi karena pada suatu waktu rekreasi sebagaian besar berdasar pada keluarga, walaupun sekarang rekreasi lebih sering terjadi di luar keluarga.

*Perawatan Kesehatan :
Keluarga masih merupakan unit utama dimana pencegahan dan pengobatan penyakit dilakukan. Masih sanagt ditemukan keterlibatan dan dukungan dalam keluarga dimana tanpa hal ini proses rehabilitasi akan susah dilakukan di dalam keluarga.

5. Masalah-masalah Sosial di dalam Keluarga
a. Disorganisasi Keluarga
Tidak ada keluarga yang terlepas dari konflik, tetapi setiap keluarga memiliki cara sendiri untuk menaganinya. Sebagai besar konflik berasal dari perkawinan itu sendiri dan mempunyai efek langsung terhadap anak. Jika timbul permasalahan maka setiap pasangan akan berusaha mencari pemecahannya tetapi jika hal ini tidak mungkin maka akan timbul perceraian dan perpisahan.

Perceraian merupakan penyelesaian perkawinan yang syah dan mempengaruhi anak dalam berbagai aspek serta dapat mengganggu sosialisasi anak jika anak masih sangat muda. Penelitian menunjukan bahwa, anak laki-laki yang kurang dapat menyesuaikan diri memperlihatkan bahwa persentasi perceraian yang lebih tinggi datang dari keluarga yang bercerai juga.

Pengadilan cenderung mempercayakan ibu dalam mengasuh anak-anak kecuali terdapat alasan yang kuat untuk menentang hal ini. Penelitian menunjukan bahwa anak laki-laki yang tumnuh bersama ibu dan tanpa kontak dengan ayahnya atau tanpa role model perilaku laki-laki maka anak akan mengalami kesulitan dalam menentukan peranannya sendiri di kemudian hari.

b. Keluarga dengan orang tua tunggal (single parent)
Keluarga dengan single parent merupakan kelopok yang sangat beraneka ragam terdiri dari ayah atau ibu dengan anak-anaknya. Pada sebagian besar keluarga dengan orang tua tunggal, ibu mkerupakan orang tua yang bertanggung jawab bagi anak-anaknya dan sejumlah besar dari mereka adalah wanita yang diceraikan atau ditinggalkansuaminya.

Pengaruh anak yang ditinggalkan orang tuannya dapat bervariasi, seperti depresi yang menetap, gangguan perilaku, kepribadian anti sosial, kegagalan dalam proses pendidikan. Pada tahun 1976, Biro Anak-anak Nasional menerbitkan hasil survei dari suatu penelitian bahwa ketidakberuntungan anak yang dibesarkan dengan single parent lebih disebabkan karena kemiskinan dan akumulasi masalah yang timbul karenanya.Tahun 1974 melaporkan sejumlah komentar dan anjuran termasuk perhatian khusus bagi wanita yang ditinggalkan oleh suaminya.

c. Kehilangan Ibu dan Pengaruhnya
Bowlby (1965), menyatakan bahwa tipe hubungan emosional anak secara dini dengan ibunya sangat penting dan anak memerlukan ditegakkannya ikatan yang lestari. Bila ikatan ini pecah atau ikatan ini ditegakan secara tidak memuaska, maka perkembangan fisik, intelektual, emosional, dan sosial akan terpengaruh.
Penelitian terakhir menunjukan bahwa perilaku keterikatan terbentuk dari beberapa komponen yang terkait. Schaffer, mempelajari bayi yang diasuh didalam istitusi yang banyak stafnya akan menunjukan respon yang lebih cepat dibanding dengan bayi yang berada atau lahir di institusi yang stafnya sedikit.

Rutter (1972),membenarkan bahwa faktor genetik dan organik juga terlibat, ini dibuktikan dengan bahwa anak yang dibesarkan disuatu lingkungan dan terpisah dari ibunya dalam waktu yang lama akan berpengaruh pada kemampuan intelektualnya.

d. Penganiayaan terhadap Anak (child abuse)
Penyalahgunaan anak atau Battered baby syndrome pertama kali diuraikan oleh seorang ahli radiologi USA pada tahun 1946, tetapi baru pada tahun 1962, CH.Kempe, pertama kali menggunakan istilah ini. Terdapat banyak keluarga yang memperlakukan anak-anaknya dengan kasar seperti memukul, dan perlakuan kasar. Terdapat kecenderungan bagi anak pertama atau bungsu untuk mendapat perlakuan seperti ini, demikian juga pada bayi dengan BBLR.

* Gambaran Klinis Penganiayaan :
- Anak pada umumnya terlambat dibawa berobat dan tidak diberikan keterangan, atau keterangan tidak mendukung cidera yang diderita anak.
- Cidera bersifat multi ganda dan tipenya bermacam-maca, misalnya lebam dan cakaran.
- Lesi terdapat dalam berbagai tingkat, misalnya berada dalam berbagai macam
tingkatan penyembuhan.
- Jenis lesi termasuk : fraktur (tidak biasa pada bayi, Luka bakar dan terseduh,
bintik-bintik pada kulit dan keadaan dingin berhubungan dengan kebiruan
pada ekstremitas dalam kaitannya dengan berat badan yang rendah, selain depresi
emosi.
- Tempat dari cidera seperi petekhiepada lobus telinga (karena trikan atau cubitan),
bekas ikatan di sekeliling leher (usaha pencekikan), sundutan rokok,
juga terdapat cidera khusus pada mata, perdarahan dan cidera gigi.

* Sikap dan Perilaku Anak :
Ekspresi anak harus dipelajari karena memiliki nilai yang besar dalam menilaistatus emosionalnya seperti : ketakutan, kesal, mengadu dsb.

e. Pelecehan Seksual pada Anak
Pelecehan seksual pada anak-anak sulit untuk dinilai, tanpa kerjasama dengan anggota keluarga. Walaupun demikian, terdapt kesadaran akan adanya peningkatan tindakanyang merupakan pelecehan seksual. Jika pelecehan seksual terjadi maka keta harus melaporkan pada yang berwajib.

* Tanda-tanda umum dari Pelecehan Seksual :
- Dapat diperoleh riwayat serangan seksual dari anak atau anggota keluarga
- Jika terjadi kehamilan atau penyakit venerik pada anak yang berusia 12 tahun atau
lebih muda.
- Terdapat suatu riwayat yang bertentangan mengenai trauma genital antara anak
dengan orang dewasa.
- Jika anak mengalami nyeri pada saat mikturisi atau defekasi, hal ini dapat
merupakan tanda awal dari pelecehan seksual.

* Anamnesa :
- Selalu harus ada saksi dalam wawancara dengan orang tua, serta anak harus diperlakukan dengan lembut. Penting juga mempertimbangkan pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak. Juga penting agar anak diberikan keyakinan bahwa ia dipercaya, dan membiarkannya ia bercerita tanpa putus. Manian, bisa dijadikan alat untuk memotivasi anak agar bercerita. Suatu pendekatan yang hangat dan sabar penting sekali, dan permusuhan yang nyata terhadap orang tua harus dihindarkan. Lebih baik ibu diwawancarai terakhir, terpisah secara sendiri.

f. Eksploitasi Anak
Selain penganiayaan juga terdapat masalah eksploitasi anak, Kelalaian dan penyalahgunaan anak dapat dilihat dalam berbagai bentuk yang dapat terabaikan. Suatu tinjauan di luar keluarga menemukan adanya pekerja anak dalam kondisi yang berbahaya bagi kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut. Bentuk lain dari penyalagunaan anak adalah Sindroma Munchausen, berasal dari nama perilaku pada orang dewasa dimana anak mengalamipenipuan yang berhasil berlanjut selama bertahun-tahun, dan anak menderita karena menjalani pengobatan dan pemeriksaan yang tidak perlu. Seperti pemberian obat-obatan pada anak-anak tanpa diagnosa yang jelas.