Kamis, 16 Juni 2011

Konsep Bermain

KONSEP BERMAIN

I.                    Pengertian
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan social. Bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain , anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara .
     (Wong, 2000).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadarinya .
      (Miller dan Keong, 1983).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dgn keinginanya sendiri dan memperoleh kesenangan.
    (Foster, 1989).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.

II.                 Tujuan  bermain
Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai berikut :
1)      Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun demikian, selam anak dirawat di rumah sakit, kegiatan sitimulasi pertumbuhan dan perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.
2)      Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3)      Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah
4)      Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat dirumah

III.               Fungsi bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris motorik, perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.

a.       Perkembangan sensorik motorik
Pada saat melakukan permainan, aktifitas motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan anak  dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot.
b.      Perkembangan intelektual
Anak melakukan ekplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain anak akan melatih  diri dan belajar memecahkan masalah.
c.       Perkembangan sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya.
Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut.
Anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang nilai sosial yang ada pada kelompok.
d.      Perkembangan kreatifitas
Kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkan ke dlm bentuk objek dan atau kegiatan yang dilakukannya.
e.        Perkembangan kesadaran diri.
Anak akan mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah laku
Anak akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkan dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran baru dan mengetahui dampak tingkah laku terhadap orang lain.
f.       Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungan, terutama dari orang tua dan guru.Anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai sehingga dapat diterima di lingkungan  dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan yang ada dikelompoknya.Anak belajar  bertanggung jawab atas segala tindakan yang akan dilakukan.
g.       Terapi
Pada saat dirawat di RS anak akan mengalami berbagai perasaan yg sangat tidak menyenangkan, seperti marah,takut,cemas, sedih dan nyeri, sehingga anak –anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya dalam bentuk permainan.

IV.              Klasifikasi bermain
a.       Menurut isi permainannya
v   Sosial affctive play : Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang menyenangkan dengan orang tuanya dan/atau orang lain. Permainan yang biasa dilakukan adalah “Cilukba”, berbicara sambil tersenyum/tertawa, atau sekadar memberikan tangan pada bayi untuk menggenggamnya , tetapi dengan diiringi berbicara sambil tersenyum dan tertawa. Bayi akan mencoba berespons terhadap tingkah laku orang tuanya dan/atau orang dewasa tersebut/misalnya dengan tersenyum, tertawa, dan/atau mengoceh.
v  Sense of pleasure play : Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang pada anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya, dengan menggunakan pasir, anak akan membuat gunung-gunungan atau benda-benda apa saja yang dapat dibentuknya dengan pasir. Bisa juga dengan menggunakan air anak akan melakukan macam-macam permainan, misalnya memindah-mindahkan air ke botol, bak, atau tempat lain.
v  Skiil play : Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan keterampilan anak, khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya, bayi akan terampil memegang benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke tempat yang lain, dan anak akan terampil naik sepeda. Jadi, keterampilan tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan permainan yang di lakukan. Semakin sering melakukan latihan, anak akan semakin terampil.
v  Dramatik Role play : Sesuai dengan sebutannya, pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain melalui permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru orang dewasa, misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya, dan sebagainya yang ingin ia tiru. Apabila anak bermain dengan temannya, akan terjadi percakapan di antara mereka tentang peran orang yang mereka tiru. Permainan ini penting untuk proses identifikasi anak terhadap peran tertentu.
v  Games atau permainan : jenis permainan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan perhitungan dan/atau skor. Permainan ini bisa dilakukan oleh anak sendiri dan/ atau dengan temannya. Banyak sekali jenis permainan ini mulai dari yang sifatnya tradisional maupun yang modern.misalnya, ular tangga, congklak, puzzle, dan lain-lain.
v  Un occupied behavior : sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu, dan situasi atau obyek yang ada di sekelilingnya yang di gunakannya sebagai alat permainan. Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja, atau apa saja yang ada di sekelilingnya. Jadi, anak tampak senang, gembira, dan asyik dengan situasi serta lingkungannya tersebut.
b.      Karakter social
ü   Onlooker play : Pada jenis permainan ini, anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam permainan. Jadi, anak tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan terhadap permainan yang sedang dilakukan temannya. Contohnya pada permainan congklak.
ü  Solitary play : Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya, dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerja sama, ataupun komunikasi dengan teman sepermainannya.
ü  Parallel play : Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang sama, tetapi antara satu anak dengan anak lainnya tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu dengan anak lain tidak ada sosialisasi satu sama lain. Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak usia toddler.
ü  Associative play : Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin atau yang memimpin permainan, dan tujuan permainan tidak jelas. Contoh permainan jenis ini adalah bermain boneka, bermain hujan-hujanan dan bermain masak-masakan.
ü  Cooperative play : Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang memimpin permainan mengatur dan mengarahkan anggotanya untuk bertindak dalam permainan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam permainan tersebut. Misalnya, pada permainan sepak bola, ada anak yang memimpin permainan, aturan main harus dijalankan oleh anak dan mereka harus dapat mencapai tujuan bersama, yaitu memenangkan permainan dengan memasukkan bola ke gawang lawan mainnya.

c.       Berdasarkan kelompok usia
Ø  Anak usia bayi
Permainan untuk anak usia bayi dibagi menjadi bayi usia 0 – 3 bulan, usia 4 – 6 bulan, dan usia 7 – 9 bulan. Karakteristik permainan anak usia bayi adalah “sense of pleasure play”.
Ø  Anak usia toddler (>1 tahun sampai 3 tahun)
Anak usia toddler menunjukkan karakteristik yang khas, yaitu banyak bergerak, tidak bisa diam dan mulai mengembangkan otonomi dan kemampuannya untuk mandiri. Oleh karena itu, dalam melakukan permainan, anak lebih bebas, spontan, dan menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan maupun dalam aktivitas bermainnya. Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Oleh karena itu seringkali mainannya dibongkar-pasang, bahkan dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan keselamatan anak dengan cara tidak memberikan alat permainan yang tajam dan menimbulkan perlukaan.
Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah “solitary play dan parallel play”. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun lebih jelas terlihat anak melakukan permainan sendiri dengan mainannya sendiri, sedangkan pada usia lebih dari 2 tahun sampai 3 tahun, anak mulai dapat melakukan permainan secara parallel karena sudah dapat berkomunikasi dalam kelompoknya walaupun belum begitu jelas karena kemampuan berbahasa belum begitu lancar. Jenis alat permainan yang tepat diberikan adalah boneka, pasir, tanah liat dan lilin warna-warni yang dapat dibentuk benda macam-macam

Ø  Anak usia prasekolah (>3 tahun sampai 6 tahun)
Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia prasekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus yang lebih matang dari pada anak usia toddler. Anak sudah lebih aktif, kreatif dan imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan berhubungan social dengan temannya semakin meningkat.
Oleh kerena itu jenis permainan yang sesuai adalah “associative play, dramatic play dan skill play”. Anak melakukan permainan bersama-sama dengan temannya dengan komunikasi yang sesuai dengan kemampuan bahasanya. Anak juga sudah mampu memainkan peran orang tua tertentu yang diidentifikasinya, seperti ayah, ibu dan bapak atau ibu gurunya. Permainan yang menggunakan kemampuan motorik (skill paly) banyak dipilih anak usia prasekolah.
Ø  Anak usia sekolah (> 6 tahun sampai 12 tahun)
Kemampuan social anak usia sekolah semakin meningkat. Mereka lebih mampu bekerja sama dengan teman sepermainannya. Seringkali pergaulan dengan teman menjadi tempat belajar mengenal norma baik atau buruk. Dengan demikian, permainan pada anak usia sekolah tidak hanya bermanfaat untuk meningkatkan ketrampilan fisik atau intelektualnya, tetapi juga dapat mengembangkan sensitivitasnya untuk terlibat dalam kelompok dan bekerja sama dengan sesamanya. Mereka belajar norma kelompok sehingga dapat diterima dalam kelompoknya. Sisi lain manfaat bermain bagi anak usia sekolah adalah mengembangkan kemampuannya untuk bersaing secara sehat. Bagaimana anak dapat menerima kelebihan orang lain melalui permainan yang ditunjukkannya.
Karakteristik permainan untuk anak usia sekolah dibedakan menurut jenis kelaminnya. Anak laki-laki lebih tepat jika diberikan mainan jenis mekanik yang akan menstimulasi kemampuan kreativitasnya dalam berkreasi sebagai seorang laki-laki, misalnya mobil-mobilan. Anak perempuan lebih tepat diberikan permainan yang dapat menstimulasinya untuk mengembangkan perasaan, pemikiran dan sikapnya dalam menjalankan peran sebagai seorang perempuan, misalnya alat untuk memasak dan boneka.
Ø  Anak usia remaja (13 tahun sampai 18 tahun)
Merujuk pada proses tumbuh kembang anak remaja, dimana anak remaja berada dalam suatu fase peralihan, yaitu disatu sisi akan meninggalkan masa kanak-kanak dan disisi lain masuk pada usia dewasa dan bertindak sebagai individu. Oleh karena itu, dikatakan bahwa anak remaja akan mengalami krisis identitas dan apabila tidak sukses melewatinya, anak akan mencari kompensasinya pada hal yang berbahaya, seperti obat-obatan terlarang dsb. Melihat karakteristik anak remaja perlu mengisi kegiatan yang konstruktif, misalnya dengan melakukan permainan berbagai macam olah raga, mendengarkan dan/atau bermain musik serta melakukan kegiatan organisasi remaja yang positif, seperti kelompok basket, sepak bola, karang taruna dll. Prinsip kegiatan bermain bagi anak remaja tidak hanya sekedar mencari kesenangan dan meningkatkan perkembangan fisik dan emosional, tetapi juga lebih juga ke arah menyalurkan minat, bakat dan aspirasi serta membantu remaja untuk menemukan identitas pribadinya. Untuk itu alat permainan yang tepat bisa berupa berbagai macam alat olah raga, alat musik dan alat gambar atau lukis.

V.                 Syarat bermain
a)       Perhatikan factor usia anak
 Sesuaikan mainan/aktivitas dengan kematangan motorik anak, yaitu sejauh mana gerakan-gerakan otot tubuh siap melakukan gerakan-gerakan tertentu. Juga sesuaikan dengan kognisinya, yaitu sejauh mana anak mampu memahami permainan itu. Jika terlalu sulit, anak jadi malas bermain dan jika kelewat gampang ia cepat bosan. Untuk itu pilihlah mainan yang dapat merangsang kreativitas anak.
b)      Tidak harus anak yang sehat
Tentu akan lebih baik jika anak dalam kondisi sehat. Namun anak yang sakitpun diperbolehkan untuk bermain, malah bisa  mempercepat proses kesembuhannya. Tentunya jenis permainannya disesuaikan kondisi fisik. Misalnya pilih permainan yang bisa dilakukan ditempat tidur seperti melipat kertas, mewarnai, menggambar atau mendengarkan dongeng, main tebak-tebakan, dll.
c)      Lama bermain
 Tergantung karakteristik anak, ada yang aktif dan pasif. Namun sebaiknya bermain tak terlalu lama agar anak tak mengabaikan tugas-tugas lainnya seperti makan, mandi dan tidur. Untuk bayi, cukup 10-30 menit karena rentang perhatiannya pun masih terbatas. Untuk anak yang lebih besar, buatlah komitmen lebih dulu. Misal, boleh main selama 1 jam, setelah itu makan atau mandi. Namun kita hurus konsisten dengan aturan itu agar anak tidak bingung. Bagi anak yang sakit, jika ia butuh banyak istirahat, jangan dipaksa.
d)      Pastikan mainnya aman.
Terlebih untuk bayi, keamanan mainan harus diperhatikan betul. Pilih yang tidak mudah rusak/pecah ataupun terurai seperti manik-manik karena di khawatirkan akan masuk mulut atau lubang telingan/hidung. Jangan pula memberikan mainan yang bertali panjang, berukurang kecil dan menggunakan listrik. Selain itu secara umum mainan anak haruslah tidak boleh ada bagian yang mudah tertelan, tidak tajam atau berujung runcing, catnya tidak beracun, tidak mudah mengelupas, tidak menjepit dan tidak menimbulkan api.
e)      Damping anak
 Penting diingat, mainan bukan pengganti orang tua, melainkan sarana untuk mendekatkan hubungan orang tua dengan anak, jadi selalu dampingi anak kala bermain. Tanpa arahan kita anak akan bermain sendiri tanpa mengenal tujuan dari permainan tersebut. Oleh karena itu kita perlu selalu mendampingi mereka dalam bermain. Hal ini juga untuk mengatasi segala persoalan yang dihadapi tiap anak, seperti sulitnya berkonsentrasi terhadap suatu kegiatan. Situasi ini juga dapat memacu pertumbuhan harga diri anak dengan memberikan penghargaan pada setiap hasil kegiatan atau penemuan-penemuan anak dalam proses bermain.

VI.              Factor – factor bermain
a.       Tahap perkembangan anak.
Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak, yaitu sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak. Tentunya permainan anak usia bayi tidak lagi efektif untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Demikian juga sebaliknya karena pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan demikian, orang tua dan perawat harus mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
b.      Status kesehatan anak.
Untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi, walaupun demikian, bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat sedang sakit. Kebutuhan bermain pada anak sama halnya dengan kebutuhan bekerja pada orang dewasa. Yang penting pada saat kondisi anak sedang menurun atau anak terkena sakit, bahkan dirawat di rumah sakit, orang tua dan perawat harus jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat di rumah sakit.
c.       Jenis kelamin anak.
Ada bebarapa pandangan tentang konsep gender dalam kaitannya dengan permainan anak. Dalam melaksanakan aktivitas bermain tidak membedakan jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas dan kemampuan social anak. Akan tetapi, ada pendapat lain yang meyakini bahwa permainan adalah salah satu alat untuk membantu anak mengenal identitas diri sehingga sebagian alat permainan anak perempuan tidak dianjurkan untuk digunakan oleh anak laki-laki. Hal ini di latar belakangi oleh alasan adanya tuntutan perilaku yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dan hal ini dipelajari melalui media permainan.
d.      Lingkungan yang mendukung.
Terselenggaranya aktivitas bermain yang baik untuk perkembangan anak salah satunya dipengaruhi oleh nilai moral, budaya dan lingkungan fisik rumah. Fasilitas bermain tidak selalu harus yang dibeli di toko atau mainan jadi, tetapi lebih diutamakan yang dapat menstimulus imajinasi dan kreativitas anak, bahkan sering kali mainan tradisional yang dibuat sendiri dari/atau berasal dari benda-benda di sekitar kehidupan anak akan lebih merangsang anak untuk kreatif, keyakinan keluarga tentang moral dan budaya juga mempengaruhi bagaimana anak di didik melalui permainan. Sementara lingkungan fisik sekitar lebih banyak mempengaruhi ruang gerak anak untuk melakukan aktivitas fisik dan motorik. Lingkungan rumah yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak mempunyai cukup ruang gerak untuk bermain, berjalan, mondar-mandir, berlari, melompat dan bermain dengan teman sekelompoknya.
e.       Alat dan permainan yang cocok atau sesuai untuk anak.
Orang tua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk anak. Pilih yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Label yang tertera pada mainan harus dibaca terlebih dahulu sebelum membelinya, apakah mainan tersebut sesuai dengan usia anak. Alat permainan tidak selalu harus yang dibeli di toko atau mainan jadi, tetapi lebih diutamakan yang dapat menstimulus imajinasi dan kreativitas anak, bahkan seringkali mainan tradisional yang dibuat sendiri dari atau berasal dari benda-benda di sekitar kehidupan anak, akan lebih merangsang anak untuk kreatif. Alat permainan yang harus didorong, ditarik, dan dimanipulasi, akan manegajarkan anak untuk dapat mengembangkan kemampuan koordinasi alat gerak. Permainan membantu anak untuk meningkatkan kemampuan dalam mengenal norma dan aturan serta interaksi social dengan orang lain
VII.            Karakteristik bermain sesuai dengan tahap tumbuh kembang pada anak
a.Umur 1 bulan (sense of pleasure play).
            - Visual :dpt melihat dengan jarak dekat
            - Audio : berbicara dengan bayi
            - Taktil  : memeluk, menggendong
            - Kinetik  : naik kereta, jalan-jalan.
b. Umur 2-3 bulan
- Visual : memberi objek terang,membawa bayi keruang
      - Audio :berbicara dgn bayi,memyanyi
      - Taktil : membelai waktu mandi, menyisir rambut.
c. Umur 4-6 bulan
- Visual : meletakkan bayi didepan kaca, membawa bayi nonton TV.
- Audio : mengajar bayi berbicara, memanggil namanya, memeras kertas.
- Kinetik : bantu bayi tengkurap, mendirikan  bayi pada paha orang tuanya.
- Taktil : memberikan bayi bermain air.
      d. Umur 7-9 bulan
- Visual : memainkan kaca dan membiarkan main dengan kaca serta berbicara sendiri.
- Audio : memanggil nama anak, mngulangi kata-kata yg diucapkan seperti mama,papa.
- Taktil : membiarkan main pada air mengalir.
- Kinetik : latih berdiri, merangkak, latih meloncat.
      e. Umur 10-12 bulan
- Visual : memperlihatkan gambar terang dalam buku.
- Audio : membunyikan suara binatang tiruan, menunjuk anggota tubuh dan menyebut  namanya
- Taktil : membiarkan anak merasakan dingin dan hangat, membiarkan anak merasakan                                      angin.
- Kinetik : memberikan anak mainan besar yang dapat ditarik atau didorong, seperti sepeda  atau kereta.
      f.Umur 2-3 tahun
- Anak bermain secara spontan, bebas, berhenti bila capek, koordinasi kurang (sering merusak mainan)
- Jenis mainan :boneka,alat masak,buku cerita dan buku bergambar.
g. Preschool 3-5 tahun
- Sudah dapat bermain kelompok
- Jenis mainan : roda tiga, balok besar dgn macam-macam ukuran.
      h. Usia sekolah
- Cooperative play
- Kumpul prangko, olah raga.
    i.Masa remaja
- Anak lebih dekat dgn kelompok
- Olah raga, musik,komputer, dan bermain drama.

VIII.         Alat Permainan Edukatif (APE)
APE adalah  alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya.

Manfaat APE:
-  Melatih kemampuan motorik
Stimulasi untuk motorik halus diperoleh saat anak menjumput mainannya, meraba, memegang dengan kelima jarinya, dan sebagainya. Sedangkan rangsangan motorik kasar didapat anak saat menggerak-gerakkan mainannya, melempar, mengangkat, dan sebagainya.
-  Melatih konsentrasi
Mainan edukatif dirancang untuk menggali kemampuan anak, termasuk kemampuannya dalam berkonsentrasi. Saat menyusun pasel, katakanlah, anak dituntut untuk fokus pada gambar atau bentuk yang ada di depannya. Ia tidak berlari-larian atau melakukan aktivitas fisik lain sehingga konsentrasinya bisa lebih tergali. Tanpa konsentrasi, bisa jadi hasilnya tidak memuaskan.
-  Mengenalkan konsep sebab akibat
Contohnya, dengan memasukkan benda kecil ke dalam benda yang besar anak akan memahami bahwa benda yang lebih kecil bisa dimuat dalam benda yang lebih besar. Sedangkan benda yang lebih besar tidak bisa masuk ke dalam benda yang lebih kecil. Ini adalah pemahaman konsep sebab akibat yang sangat mendasar.
Melatih bahasa dan wawasan
Permainan edukatif sangat baik bila dibarengi dengan penuturan cerita. Hal ini akan memberikan manfaat tambahan buat anak, yakni meningkatkan kemampuan berbahasa juga keluasan wawasannya.
-  Mengenalkan warna dan bentuk
Dari mainan edukatif, anak dapat mengenal ragam/variasi bentuk dan warna. Ada benda berbentuk kotak, segiempat, bulat dengan berbagai warna, biru, merah, hijau, dan lainnya.
Syarat-syarat APE:
 APE tidak harus bagus dan dibeli ditoko tetapi buatan sendiri atau alat permainan   tradisionalpun dapat digolongkan APE asal memenuhi syarat sbb:
a.       Aman
Alat permainan anak dibawah usia 2 tahun tidak boleh terlalu kecil, catnya tidak boleh mengandung racun, tidak ada bagian yang tajam dan tidak ada bagian yang mudah pecah karena pada umur tersebut anak mengenal benda disekitarnya dengan memegang, mencengkram, memasukkan kedalam mulutnya.
b.      Ukuran dan berat APE harus sesuai dengan usia anak
Bila ukurannya terlalu besar akan sukar dijangkau anak, sebaliknya kalau terlalu kecil akan berbahaya karena dapat dengan mudah tertelan oleh anak. Sedangkan kalau APE terlalu berat maka anak akan sulit untuk memindah-mindahkan serta akan membahayakan bila APE tersebut jatuh dan mengenai anak.
c.       APE harus mempunyai ukuran,susunan dan warna tertentu serta jelas maksud dan tujuannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar