Selasa, 05 Juli 2011

respiratory distress syndrom


Respiratory Distress Syndrom (RDS)

1.   Pengertian

a.    Perkembangan yang immature pada sistem pernafasan/tidak adekuatnya jumlah surfaktan di dalam paru juga dikatakan sebagai hyain membran disease
( Suryadi P,Yuliani)
b.   Gangguan pernapasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-tanda takipnea (60x/i) retraksi dada, sianosis pada udara khamar yang menetap/memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorax yang spesifik (stock, 1986)
c.    Gangguan pernapasan yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru.

2.   Etiologi

a.    Dihubungkan dengan usia kehamilan,BB bayi lahir kurang dari 2500gr, sering kali pada bayi dengan BB< 1000gr 20% berkembang dengan bronco pulmonary (BPD)
b.   Tidak adanya,kurangnya atau beubahnya komponen surfaktan pulmoner
c.    Sebagai akibat dari pneumonia,epiglotitis atau penyebab obstruksi jalan pernapasan lainnya,status asmatikus,aspirasi dan keracunan tertentu.

3.   Patofisiologi

Sindrom gawat pernafasan (RDS) terjadi akibat tidak adanya ,kurangnya atau berubahnya komponen surfaktan pulmoner. Surfaktan yaitu suatu kompleks lipoprotein, bagian dari permukaan mirip film yang ada di alveoli untuk mencegah kolapsnya alveolus. Surfaktan yang dihasilkan oleh sel-sel  tipe II di alveoli. Bila surfaktan tidak adekuat , akan terjadi kolaps alveolus dan mengakibatkan hipoksia, kemudian terjadi konstriksi vaskuler pulmoner dan penurunan fungsi pulmoner, yang berakhir dengan gagal nafas progresif.
Surfaktan adalah substansi yang merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps pada akhir ekspirasi dan mampu menahan sisa udara fungsional, surfaktan juga menyebabkan ekspansi yang merata dan menjaga ekspansi paru pada tekanan intraalveolar yang rendah. Kekurangan dan ketidakmatangan fungsi surfaktan ketidakseimbangan inflasi saat inspirasi dan kolaps alveoli saat ekspirasi. Tanpa surfaktan janin tidak dapat menjaga parunya tetap mengembang. Ketidak mampuan paru ini untuk mempertahankan perkembangan paru disebut atelektasis. Tidak adanya stabilitas dan atelektasis akan meningkatkan pulmonary vascular resistance yang nilainya menurun pada ekpansi normal, akibatnya terjadi hipoperfusi jaringan paru dan menurunkan aliran darah pulmonal.
Kolaps paru akan menyebabkan gangguan ventilasi pulmonal yang menimbulkan hipoksia akibatnya konstriksi vaskularisasi pulmonal yang menimbulkan penurunan oksigenisasi jaringan dan selanjutnya menyebabkan metabolisme an aerobik. Metabolisme anaerobik menghasilkan timbunan asam laktat sehingga terjadi asidosis metaboik pada bayi dan penurunan curah jantung yang menurunkan perfusi organ vital. Akibat lain kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolus yang menyebabkan transudasi ke dalam alveoli dalam bentuk fibrin, fibrin bersama-sama dengan jaringan epitel yang nekrotik membentu membran hialin dan melapisi alveoli yang menghambat pertukaran gas.

4.   Manifestasi klinis

Berat/ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat basan dan usia kehamilan, semakin berat gejala klinis yang ditunjukkan. Gejala dapat tampak beberapa jam setelah kelahiran. Bayi RDS yang mampu bertahan hidup sampai 96 jam pertama mempunyai prognosis lebih baik.
Gejala berikut terlihat pada 6 sampai 8 jam pertama kehidupan
1.      Takipnea
2.      retraksi intercostal dan sternal
3.      Dengkur ekspiratori
4.      Pernapasan cuping hidung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar